Seperti yang terjadi di Libya yang akhir-akhir ini tengah berkecamuk. Kejadian miris yang menyayat nurani sedang terjadi disana. Sekelompok orang tengah menyiapkan pasukan bocah di bawah umur untuk berperang. Kali pertama kalangan oposisi Pemerintah Libya dikabarkan melatih bocah sekira 7 tahun untuk berperang di garis depan melawan pasukan Muammar Khadafi.
Bocah berusia tujuh tahun ini tertangkap kamera memegang senjata otomotis. Mereka juga terlihat sedang membersihkan senjata, di bengkel senjata Kota Misrata. Kegiatan ini rutin mereka lakukan, di saat pasukan oposisi bertempur dengan pasukan loyalis Khadafi di Zlitan.
Meskipun mereka tidak dilibatkan untuk berperang di garis depan, jelas sekali kalangan oposisi melatih bocah-bocah ingusan ini mengangkat senjata. Tentunya hal ini menjadi pemandangan miris, mengingat maksud perjuangan dari pihak oposisi yang ingin melengserkan kekuasaan Khadafi yang sudah bertahan selama 42 tahun.
Sejak perang berkecamuk Februari lalu, pihak oposisi sudah berhasil memegang kendali wilayah timur Libya. Mereka membangun pusat pemerintah di wilayah Benghazi dan mengendalikan kota pelabuhan Misrata dan sebagian besar wilayah Nafusa.
Selain melatih bocah untuk berperang, pasukan oposisi juga membangun kekuatan militernya. Mereka mulai membangun bengkel senjata dan membuat kendaraan tempur dari bahan seadanya.
Memang pasokan senjata bagi pihak oposisi saat ini dikabarkan terus menipis. Bahkan beberapa pengrajin setempat mengaku membuat senjata sendiri secara otodidak.
"Ini pertama kalinya saya membuat alat tempur ini. Saya juga belajar untuk membuat senjata lain, dan mudah-mudahan semua berjalan lancar," ucap Sadiq Mubakar Krain yang tengah asyik membersihkan senjatanya (Daily Mail, Rabu 13/7/2011).
Bengkel senjata ini juga dimaksudkan untuk membangun senjata otomatis dan senjata anti-pesawat. Semuanya akan diletakkan di atas sebuah truk yang sudah dimodifikasi.
Terlepas dari semua perkembangan senjata yang dilakukan oleh pihak oposisi, tidak sepatutnya anak kecil dijadikan calon prajurit. Bocah-bocah ini sudah sepatutnya bermain dengan bebas dengan teman-temannya dibandingkan harus bermain dengan senjata. Namun kenyataan pahit ini mau tak mau mesti ditelan oleh anak-anak disana. Karena perang bukanlah menjadi pilihan bagi mereka, namun sebuah keharusan.
Pada akhirnya tak ada satupun yang disisakan dari perang...kecuali sebuah kehancuran.
0 comments:
Posting Komentar